Senin, 31 Desember 2012

-Agent of change-





Kata “pemuda” akan membuat orang berpikir tentang agent of change, semangat yang membara, kekuatan yang tiada habisnya, daya kreasi yang tak pernah terhenti, dan generasi untuk kepemimpinan Negara di masa depan. pemuda adalah sebuah subjek yang memegang parananan penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat.

Tapi, pada
saat ini banyak masalah yang mengintai siswa SMP dan SMU, seperti masalah tawuran yang dicatat Komisi Perlindungan Anak (KPA), enam bulan pertama tahun 2012 ini ditemukan 139 kasus tawuran antar pelajar. Sebanyak 12 pelajar tewas dan sisanya luka berat dan ringan.. Kasus paling akhir adalah tawuran antar siswa SMU 6 dan SMU 70 Jakarta yang menewaskan Alawy siswa SMAN 6 Jakarta pada 24 September lalu.

Kasus Narkoba di kalangan pelajar juga terus meningkat dan makin membuat miris. Menurut data Badan Narkotika Nasional DKI, tercatat pada 2011, kasus narkoba yang menjerat SMP sebanyak 1.345. Pada tingkat SMA, 3.187 pelajar terancam rusak masa depannya karena barang haram ini (Republika.co.id, 26/5).

maraknya seks bebas di kalangan remaja. Banyak survei memberi bukti. Akibatnya. angka aborsi di kalangan remaja tinggi. Total dari 2008 – 2010 jumlahnya sebanyak 2,5 juta kasus. Mirisnya, berdasarkan data yang dimiliki Komnas PA, dari 2,5 juta kasus aborsi, sebanyak 62,6 persen dilakukan anak di bawah umur 18 tahun.

Dan Masih ada sederet masalah lain mengancam remaja termasuk siswa SMP dan SMU. Di tengah situasi semacam itu, justru muncul tuduhan tentang Rohis sarang teroris Yang lebih parah lagi kemerosotan keimanan dan takwa kepada Allah SWT, sangat jauh sekali dari nilai-nilai ajaran islam yang mayoritas penduduk indonesia bahkan pemudanya sekalipun beragama islam. Agama hanya dijadikan kedok untuk menutupi kesalahan, agama hanya di jadikan sebagai  aktivitas ritual saja.

Lalu sekarang, apakah masih layak pemuda masa kini di sebut sebagai “Agen Of change”? Faktanya keberadaan pemuda sekarang sangat jauh sekali dari peran “Agen Of Change” itu sendiri. Lalu apa benar demokrasi dan nasionalisme yang dari dulu menopang indonesia ini merupakan asas untuk kebangkitan indonesia? Kalau benar seperti itu sudah jauh dari dulu indonesia mengalami dinamisme kebangkitan. Tapi pada faktanya demokrasi hanya memberikan kemaslahatan pada individu-individu saja. Intinya demokrasi telah “gagal total” untuk mensejahterakan rakyat.  Cukup sabarkah pemuda masa kini dengan keadaan ini hingga enggan bergerak, Atau hanya geram tanpa ada action, padahal di satu sisi masih ada solusi yang dapat mengeluarkan rakyat dari permasalahan ini.

 

pemuda harus menyadari bahwasannya islam itu rahmat bagi seluruh alam. Islam itu tidak sesempit sebagai aktivitas ritual saja, tetapi islam itu mencakup seluruh aspek kehidupan, mengatur seluruh aspek kehidupan dengan syariahnya, baik pada bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang  sosial, bidang politik, bidang keamanan pertahanan dan sebagainya.  Untuk menerapkan syariah ini maka harus ada sistem pemerintahan islam sendiri untuk menanunginya yaitu Khilafah. Salah jika ada orang yang beranggapan bahwa non-muslim tidak akan sejahtera, hak beragama non-muslim di kekang,  atau ketika islam tegak  semua orang non-muslim itu beralih agama menjadi islam. Pandangan tersebut salah karena pada massa kepemimpinan Umar bin Khattab ra beliau tidak diam saja ketika kedhaliman yang menimpa orang-orang non muslim. Seperti  kasus kezaliman seorang anak penguasa di wilayah propinsi Mesir di masa kepemimpinannya.

 

Dengan hal itu, apakah ketika ada solusi terbaik didepan kita, maka kita akan abaikan saja? Tentu tidak. Pemuda masa kini wajib bicara soal syariah karena Syariah Islam merupakan satu-satunya  pilihan dan konsekuensi keimanan kita kepada ALLah SWT dan Rasul-Nya. Syariah  hal yang rasional untuk diterapkan dalam rangka mengubah kedhaliman menjadi keadilan di tengah-tengah umat manusia. Pemuda harus sadar akan hal ini, karena peran pemuda adalah “Agen Of change” yang dapat merubah kondisi yang bobrok ini ke arah yang lebih baik.  Pemuda dengan kesadarannya akan takwa kepada Allah SWT harus mempunyai peran besar di tengah-tengah masyarakat, melakukan edukasi yaitu melakukan opini umum pada masyarakat,  hingga melakukan agregasi atau membentuk persepsi-persepsi yang sama di tengah masyarakat dan membentuk kesadaran mereka, dan terakhir artikulasi, membentuk perubahan menuju indonesia lebih baik dengan syariah.