Sabtu, 30 Maret 2013

Islam : solusi tuntas kekerasan terhadap perempuan

Kekerasan terhadap perempuan kembali menjadi sorotan. Sementara ini, data yang diperoleh menyebutkan, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) selama 2011 menangani 119.107 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sebanyak 113.878 kasus (95,61 %) di antaranya adalah kekerasan yang terjadi di ranah domestik sementara 5.187 kasus terjadi di ranah publik dan 42 kasus terjadi di ranah negara. Dari dua tahun silam Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan mengharapkan Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (KTT ASEAN) ke-18 mendorong tumbuhnya lembaga HAM perempuan di semua negara anggota ASEAN. Akan tetapi tidak adanya perubahan yang signifikan bahkan sampai awal tahun 2013 pun kasus kekerasan terhadap perempuan terus bermunculan. Bisakah lembaga perempuan seperti itu mengentaskan persoalan perempuan?

Komnas Perempuan merupakan lembaga nonstruktural negara yang keberadaannya diakui sebagai satu-satunya model mekanisme HAM perempuan yang independen di dunia. Dalam setiap mengambil keputusan, Komnas Perempuan selalu melibatkan mitra strategisnya yakni korban, organisasi perempuan, lembaga layanan dan lembaga pemerintah, untuk terus mendorong penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Semua keputusan bersifat independen dan tidak dapat diintervensi lembaga negara manapun, baik legislatif, yudikatif maupun eksekutif. Komnas Perempuan juga terus mendorong peran negara dalam mengungkapkan kebenaran, pemulihan dan keadilan kepada perempuan korban kekerasan sehingga kekerasan terhadap perempuan di tingkat apa saja, bisa dihilangkan.

Tentu saja, sebagai wadah perempuan di negara sekuler, proses pendampingan terhadap perempuan-perempuan bermasalah ini pun berangkat dari paradigma sekuler. Di mana, dalam kacamata sekuler, kekerasan terhadap perempuan terjadi karena perempuan selalu ditempatkan sebagai subordinat laki-laki. Dan, agama Islam dituduh memberi kontribusi besar atas konstruksi perempuan sebagai makhluk kelas dua itu. Karena itu, solusi yang ditawarkan untuk mengentaskan problem perempuan adalah dengan membebaskan perempuan dari belenggu ikatan agama.

Jika ada perempuan yang menjadi korban kekerasan suami misalnya, selalu suami yang disalahkan dan didorong untuk bercerai. Setelah bercerai, kemandirian ekonomi menjadi sasaran program selanjutnya, sehingga ibu-ibu mencari nafkah dengan meninggalkan anak-anaknya. Anak-anak menjadi kehilangan kasih sayang dan figur orang tua. Kelak ia menjadi anak bermasalah. Lingkaran setan itu terus bergulir tanpa ujung, tanpa solusi mengakar.

Ya, memang, bisa jadi Komnas Perempuan mampu mengatasi persoalan individu perempuan yang menjadi korban. Misal mendampingi, melakukan pemberdayaan dan konseling secara psikologis. Namun, itu hanya bersifat personal. Satu perempuan lepas dari masalah, akan bermunculan lagi perempuan-perempuan bermasalah lainnya. Ini terjadi karena sistem yang diterapkan bukan sistem yang peduli pada perempuan.

Selama perempuan dijadikan objek eksploitasi oleh sistem sekuler yang menuhankan bodi dan materi, perempuan selamanya akan terus terinjak-injak. Dengan demikian, berapa banyak pun Komnas Perempuan didirikan di berbagai negara, tidak akan efektif mengentaskan nasib perempuan kecuali mengganti sistem sekuler dengan sistem Islam. Karena, hanya sistem Islam, dengan pemimpinnya yang amanah, insya Allah akan mampu menyelamatkan perempuan sampai akar-akarnya.

 
Islam sangat melindungi perempuan. Sudah sering dijabarkan, betapa rasa kasih sayang Allah SWT tercermin dalam syariat Islam yang mengatur peran dan kedudukan seorang perempuan. Seperti perempuan sebagai manajer rumah tangga, sehingga lebih banyak beraktivitas di ruang privat. Hal ini mempersempit peluang terjadinya bentuk-bentuk eksploitasi, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan.

Kalaupun orang di lingkungan tempat tinggalnya berpotensi melakukan kekerasan dan pelecehan, tetap jauh lebih kecil peluangnya dibanding perempuan itu dibiarkan berkeliaran dan dieksploitasi. Seperti kasus banyaknya TKW yang disiksa, bahkan dibunuh majikan. Semua tidak akan terjadi manakala TKW tersebut sudah ada yang menanggung nafkahnya sehingga tidak perlu bekerja.
Karena itu, sudah selayaknya para perempuan merindukan datangnya pemimpin yang benar-benar peduli, menjadi pelindung dan pengayom kaumnya. Hal itu pernah dicontohkan di masa Khilafah. Konon, dahulu di masa keemasan Islam ada seorang teladan abadi sepanjang masa. Ia adalah Khalifah Al-Mutasim dari dinasti Bani Abbasiyah (833-842 Masehi). Kisah heroik Al-Mutashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah itu terjadi 223 Hijriyyah, dalam judul Penaklukan Kota Ammuriah.
Pada 837, Al-Mutasim Billah menyahut seruan seorang budak Muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar. Ia meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan kaum Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mutashim Billah dengan lafadz yang legendaris "waa Mu’tashimaah!" yang juga berarti "di mana kau Mutashim, tolonglah aku!" Mendapat laporan mengenai pelecehan ini, sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di Baghdad hingga Kota Ammuriah (Turki).

Ribuan tentara Muslim bergerak pada April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu'tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada Muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.

Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan di mana rumah wanita tersebut. Saat berjumpa dengannya ia mengucapkan "Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?" Dan sang budak wanita ini pun dibebaskan oleh khalifah serta orang Romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi wanita tersebut.

Subhanallah! Begitu mulianya harga diri seorang perempuan, hingga Khalifah pun membelanya secara maksimal. Pemimpin seperti itulah yang senantiasa kita rindukan. Insya Allah, perempuan akan terlepas dari berbagai persoalan jika memiliki pemimpin amanah.

Minggu, 10 Maret 2013

SISTEM DEMOKRASI : PENYEBAB UTAMA KORUPSI


          Menyedihkan, tak satu pun parpol, baik yang sekuler maupun yang secara resmi mengatakan asasnya Islam, bersih dari korupsi. Terseretnya yang agamis untuk terlibat kasus korupsi mengisyaratkan, bahwa dalam sistem demokrasi sekarang ini, hanya mereka yang berusaha keras menjaga kebersihan diri secara terus menerus yang bisa terhindar dari pengaruh buruk itu. Hanya saja, karena berada di lingkungan sistem politik yang buruk, orang yang baik pada akhirnya hanya akan berujung pada dua kemungkinan, terlempar dari arena atau karena terdesak akhirnya terpaksa terlarut dalam suasana yang buruk itu dan menjadi buruk serta korup.
          Ketika kedaulatan diserahkan kepada manusia atas  nama rakyat, hukum pun kemudian ditentukan oleh manusia untuk kepentingan manusia. Dalam kondisi seperti ini uang menjadi panglima yang menjadi tujuan kepentingan manusia dan paling mempengaruhi manusia. Disinilah demokrasi menjadi pangkal korupsi untuk membiayai mahar politik yang mahal atau mempertahankan kekuasaan yang membutuhkan modal yang besar. Balas budipun harus dilakukan kepada pemberi modal politik. Terjadilah lingkaran syaitan, money to politics dan politics to money. Kebijakan politik bukan lagi untuk kepentingan rakyat tapi kepentingan elit politik dan pemilik modal! Proses demokrasi di negeri ini yang membutuhkan biaya kampanye untuk membeli partai politik, yang memerlukan biaya yang sangat besar. Selain itu rendahnya hukuman terhadap koruptor juga menjadi faktor sulitnya menghilangkan korupsi ditambah lagi korupsi di penegakan hukum. mulai dari penyelidikan, penuntutan, sampai di penjara sekalipun ada korupsi, apa lagi tiga faktor utama penyebab korupsi. Pertama, sistem yang mendorong dan memacu korupsi, “itulah sistem politik demokrasi sekuler, yang kedua rendahnya keteladanan. “Dan ketiga, tipisnya apa yang disebut suasana keimanan yang hampir-hampir tidak ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
 
        Jadi sampai jungkir balik sekalipun, tidak akan bisa terhapus Korupsi di negeri ini bahkan sampai kiamat. karena tidak adanya kemauan dan keteladanan untuk memberantas korupsi. Hal yang dilakukan untuk memberantasan korupsi yang dibutuhkan tidak hanya institusi. perlu kemauan, terutama kemauan yang kuat dari pemimpin tertinggi negeri ini. Jika kemauan datang dari pemimpin tertinggi, maka sudah banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang sudah terbongkar, korupsi di Indonesia dipengaruhi by person dan by system. Korupsi di Indonesia agak mudah jika by person muncul karena ketamakan individu atau mungkin keterpaksaan individu oleh karena gaji yang kurang itu masih agak ringan dinaikkan gaji selesai. Tapi yang terjadi di negeri kita ini korupsi tidak hanya terjadi karena by person tapi juga by system yang lahir karena sistem yang cenderung membuat orang korup seperti proses politik yang sangat mahal di negeri ini.
         Semua itu berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, kedaulatan hanya ada ditangan syara’, bukan ditangan manusia. Hukum dan peraturan dibuat dengan mengacu kepada al-Quran, as-Sunnah, Ijmak Sahabat dan Qiyas. Dengan itu peluang jual beli peraturan tertutup. Hukum dan peraturan sulit direkayasa demi kepentingan politisi dan penguasa.
        Dalam Islam, kekuasaan di tangan rakyat. Rakyat yang memilih khalifah. Sementara penguasa daerah (gubernur dan amil – penguasa daerah setingkat kabupaten/kota) ditunjuk oleh Khalifah. Masa jabatannya ditentukan oleh khalifah di samping oleh keridhaan dan penerimaan penduduk daerah itu dan sejauh mana berpegang kepada syariah. Dengan begitu tidak perlu dana besar dan meminimalkan peluang terjadinya korupsi.
       Khalifah, penguasa daerah dan aparatur adalah manusia biasa, bisa saja tergoda dan akhirnya melakukan korupsi. Namun dengan sistem Islam, korupsi itu sifatnya by person, dilakukan orang per orang. Itu relatif lebih mudah diatasi. Untuk mengatasi korupsi by person , sistem Islam menanamkan iman dan takwa. Dengan itu, pejabat dan rakyat akan tercegah melakukan kejahatan termasuk korupsi. Kemudian dalam sistem penggajian yang layak, sehingga tidak ada alasan untuk berlaku korup. Serta teladan dari pemimpin, sehingga tindak penyimpangan akan terdeteksi secara dini. Penyidikan dan penindakan pun tidak sulit dilakukan. Dan adanya pembuktian terbalik. Harta pejabat dan aparat dicatat. Jika ada pertambahan harta yang tak wajar, yang bersangkutan harus membuktikannya diperoleh secara sah. Jika tidak bisa, maka disita sebagian atau seluruhnya dan dimasukkan ke kas negara. dan hukuman yang bisa memberi efek jera. Hukuman itu bisa berupa denda, penjara yang lama bahkan bisa sampai hukuman mati, sesuai dengan tingkat dan dampak kejahatannya.
subhanallah hanya sistem islam yang dapat memupuskan keburukan dan memancarkan kebaikan…

Kaum muslimah adalah kaum yang berpikir



        Muslimah yang memahami secara pasti bahwa tujuan hidupnya adalah mencari keridhaan Allah. Dan menyadari apa yang akan dihadapinya kelak diakhirat yakni surga atau neraka adalah perempuan yang berfikir. Ia bukan sosok yang mudah terbuai dengan eksistensi semu dan terbelenggu dalam jati diri yang dangkal. Yang disebarkan oleh kafir. Ia tidak disibukan dengan berbagai pembahasan mengenai perkara-perkara yang dangkal melainkan focus perhatian terbesar dalam hidupnya adalah menjadi hamba yang taat kepada pencipta-Nya dan mengumpulkan pahala yang cukup untuk berhadapan dengan-Nya di akhirat kelak.
                                               
       Figur yang menjadi teladan kehidupannya bukanlah bintang film ataupun model. Tetapi para sahabiyah dan para muslimah terdahulu yang ketaatannya kepada allah tidak perlu di sangksikan lagi. Kalangan muslimah yang taat itu bukan dikenal ataupun dipuji baik oleh rasulullah, para ulama maupun siroh hanya karena kecantikannya. Tetapi dikenal dan dipuji karena sifat-sifat mulia. Kualitas kecerdasannya, kemurahan hatinya, kerendahan hatinya, kemuliaan akhlaknya, keberaniannya. Ketulusannya dalam menjalani perannya sebagai istri, ibu serta hamba allah swt. Mereka dikenal oleh peradaban islam bbukan karena wajahnya, tetapi karena mereka pemikir besar, pejuang terkemuka, penyair terkenal, politisi ulung dan pengemban dakwah.

        Seorang muslimah adalah individu yang menggunakan akal dan pikiran dengan sebaik-baiknya. Sehingga ia tidak meniru dan mengikuti segala sesuatu yang ada disekitarnya, sekalipun itu berarti ia harus menentang aturan Islam. Ia bukan seseorang yang terbelenggu dengan perasaan rendah diri akibat penampilannya. Tetapi sebaliknya seorang muslimah adalah individu yang penuh percaya diri dalam kehidupan yang dipilihnya sendiri karena ia telah mengatakan kebenaran islam melalui akal, pikiran dan keyakinannya. Terakhir ia bukan seorang individu yang asyik dengan citra dirinya penampilan fisiknya ataupun kehidupan pribadinya. Seorang muslim adalah individu yang memahami masalah-masalah umat manusia dan berfikir cermat mengenai peran dirinya dalam mewujudkan kehidupan yang diatur oleh islam sepenuhnya.

I hope it's you..
who make change the world with islam.