Kata “pemuda” akan membuat orang-orang
berpikir tentang agent of change, semangat yang membara, kekuatan yang tiada
habisnya, daya kreasi yang tak pernah terhenti, dan generasi untuk kepemimpinan
Negara di masa depan. Pemuda adalah
tulang punggung peradaban,
peradaban di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial
dengan mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penerus cita – cita
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya. Pemuda
memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan proses perubahan. Pemuda
adalah sosok yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta menjadi
inspirator dengan gagasan dan tuntutannya.
Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa di masa
berikutnya. generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran yang
ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya. Pemuda
adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan
pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.
Namun pada faktanya, sistem kapitalis telah membuat
pemuda jauh dari hakikat dirinya sebagai agen perubahan. Karena realita pemuda
saat ini cenderung hedonisme dan hura-hura.
Gaya
hidup pesta dan dugem yang kian hari kian meluas. Genk motor, playstation dan game
online, gila bola luar biasa, Kontes Idol dan sejenisnya pun sangat diminati
kaum pemuda, belum lagi Himpitan kurikulum dan
ekonomi, pengarusan gaya hidup hedonis dsb, seakan telah memaksa pemuda memilih
prinsip hidup pragmatis. Peran
strategis pemuda pun seakan-akan telah dimandulkan.
Yang lebih parah lagi kemerosotan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, sangat jauh sekali dari nilai-nilai ajaran islam
yang mayoritas penduduk indonesia bahkan pemudanya sekalipun beragama islam.
Agama hanya dijadikan kedok untuk menutupi kesalahan, agama hanya di jadikan
sebagai aktivitas ritual saja.
Lalu sekarang, apakah masih layak pemuda masa kini di sebut sebagai
“Agen of Change”? ketika orientasi
pemuda sudah beralih menjadi individualis, tidak keritis dan apolitis. Faktanya keberadaan pemuda sekarang sangat
jauh sekali dari peran “Agen of Change” itu sendiri. bagaimana jadinya jika yang menggenggam nasib para
pemuda saat ini ternyata sistem kapitalisme-sekulerisme dan liberalisme?
bukankah yg terjadi saat ini para pemuda menjadi estafet kepemimpinan kapitalis
yang rakus tanpa ketuhanan dengan hidup sebebas-bebasnya yg kebahagiaan dunia
sebagai tujuan hidupnya. faktanya demokrasi hanya memberikan
kemaslahatan pada individu-individu saja. Intinya demokrasi telah “gagal total”
untuk mensejahterakan rakyat. Cukup sabarkah pemuda masa kini dengan
keadaan ini hingga enggan bergerak, Atau hanya geram tanpa ada action, padahal
di satu sisi masih ada solusi yang dapat mengeluarkan rakyat dari permasalahan
ini.
Namun demikian, tidak
semua realitas pemuda jauh dari hakekat dirinya
sebagai agen perubahan. Masih ada para pemuda yang memiliki kesadaran dan
keinginan untuk berjuang membangkitan umat, hanya saja arah perjuangan yang
akan mereka tempuh dan perjuangkan tidak membawa kepada kebangkitan
yang hakiki. Karena terkungkung oleh sistem kapitalisme sekuler yang membuat arah
perubahan pemuda menjadi semu. Sekali lagi demokrasi bukan jalan mewujudkan
perubahan yang hakiki. Menggantungkan harapan terjadinya perubahan hakiki
kepada demokrasi hanya akan mendatangkan kekecewaan. Fakta yang terjadi selama
ini sudah menegaskan hal itu. Karena itu, tidak sepantasnya kita masih menaruh
harapan pada demokrasi.
Pemuda harus menyadari bahwasannya islam itu rahmat
bagi seluruh alam. Islam itu tidak sesempit sebagai aktivitas ritual saja,
tetapi islam itu mencakup seluruh aspek kehidupan, mengatur seluruh aspek
kehidupan dengan syariahnya, baik pada bidang pendidikan, bidang ekonomi,
bidang sosial, bidang politik, bidang keamanan pertahanan dan sebagainya.
Untuk menerapkan syariah ini maka harus ada sistem pemerintahan Islam
sendiri untuk menanunginya yaitu Khilafah. Salah jika ada orang yang
beranggapan bahwa non-muslim tidak akan sejahtera, hak beragama non-muslim di
kekang, atau ketika Islam tegak semua orang non-muslim itu beralih
agama menjadi Islam. Pandangan tersebut salah karena pada massa kepemimpinan
Umar bin Khattab r.a beliau tidak diam saja ketika Kedhaliman
yang menimpa orang-orang non muslim. Seperti kasus Kezaliman seorang anak
penguasa di wilayah propinsi Mesir di masa kepemimpinannya.
Dengan hal itu, apakah ketika ada solusi
terbaik didepan kita, maka kita akan abaikan saja? Tentu tidak. Pemuda masa
kini wajib bicara soal syariah karena Syariah Islam merupakan
satu-satunya pilihan dan konsekuensi keimanan kita kepada ALLah SWT dan
Rasul-Nya. Syariah hal yang rasional untuk diterapkan dalam rangka
mengubah kedhaliman menjadi keadilan di tengah-tengah umat manusia. Pemuda
harus sadar akan hal ini, karena peran pemuda adalah “Agen of Change” yang
dapat merubah kondisi yang bobrok ini ke arah yang lebih baik. Pemuda dengan
kesadarannya akan takwa kepada Allah SWT harus mempunyai peran besar di
tengah-tengah masyarakat, melakukan edukasi yaitu melakukan opini umum pada
masyarakat, hingga melakukan agregasi atau membentuk persepsi-persepsi
yang sama di tengah masyarakat dan membentuk kesadaran mereka, dan terakhir
artikulasi, membentuk perubahan menuju indonesia lebih baik dengan syariat
Islam.
Desy Mayangsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar